Rabu, 12 Juni 2019

Al Fatih dan Harry Potter

Harry Potter dan Muhammad Al Fatih

>eramuslim - Antrian panjang muda-mudi pada loket-loket penjualan tiket
hari
>pertama pemutaran film "The Lord of the Rings" atau pada peluncuran
buku "
>Harry Potter" adalah pemandangan keseharian di negeri-negeri Barat.
Fenomena
>yang sama terjadi juga di negeri kita, seperti yang baru-baru ini
dimuat di
>berita photo detik.com. Mereka yang sebagian besar adalah muda-mudi,
>termasuk yang "berjilbab", ada dalam antrian panjang untuk membeli
buku
>Harry Potter Jilid V yang harganya Rp. 140.000. Uang sejumlah itu
bukanlah
>sedikit untuk masyarakat kita umumnya. Masih ingatkah kita kisah
seorang
>anak SD yang mencoba mengakhiri hidupnya gara-gara malu karena tidak
bisa
>membayar uang untuk kegiatan sekolah yang besarnya hanya Rp. 2500.
>
>Harry Potter ... hampir semua remaja, bahkan dewasa, begitu
mengenalnya.
>Bukunya laris manis bak kacang goreng. Film-film-nya sangat
ditunggu-tunggu.
>Asesorisnya menjadi bahan koleksi para penggemarnya. Mereka hafal
secara
>detil petualangan tokoh yang bernama Harry Potter ini. Bahkan pernah
>dilaporkan di majalah Time, kacamata model Harry Poter, sangat
digandrungi
>oleh anak-anak dan remaja di Inggris, dan saya yakin juga di
negara-negara
>lain, termasuk negara kita. Believe it or not, bahkan ada sebuah
keluarga
>yang memberi nama anaknya yang baru lahir Harry Potter .... karena
begitu
>kagumnya terhadap tohoh yang satu ini. Sedikit, bahkan bisa dikatakan
hampir
>tidak ada, remaja kita yang tidak kenal dengan nama Harry Potter. Dan
yang
>sedikit ini umumnya dikategorikan sebagai kuno, tidak gaul, dan
ketinggalan
>zaman.
>
>"...saya berkewajiban menemani dia membeli buku",ujar seorang Profesor
yang
>juga ketua salah satu komisi di DPR. Meski hanya fiksi, penulis buku
Harry
>Potter sering menyisipkan falsafah hidup yang dapat membuat anak-anak
lebih
>bijak, demikian alasan sang Profesor seperti yang ditulis di
detikhot.com.
>
>Kalau alasannya untuk mencari falsafah hidup, tidak cukupkah Islam
sebagai
>minhaaj al-hayaah (pedoman hidup) memberikan itu semua? Bila kemudian
>alasannya agar bisa menjadi manusia yang lebih bijak dan berakhlak,
lantas
>apa arti hadist Rasulullah SAW "Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk
>menyempurnakan akhlak yang manusia". Tidak cukupkah itu semua,
sehingga kita
>mesti mengambilnya dari sumber-sumber lain, yang belum tentu sejalan
dengan
>tuntunan Islam.
>
>Muhammad Al-Fatih .... siapakah dia? Jika pertanyaan ini diajukan ke
1000
>remaja muslim, mungkin hanya 1 diantaranya yang tahu jawabannya.
Dialah
>pemuda muslim yang dalam usia 23 tahun berhasil memimpin penaklukan
>konstantinopel (sekarang bernama Istambul), yang merupakan pusat
peradaban
>barat di abad pertengahan [1]. Sang pemuda ini berhasil mengambil alih
>konstantinopel dari tangan kerajaan Bizantium yang merupakan
kelanjutan dari
>Roman Empire dan telah menguasai Konstantinopel lebih dari 10 abad
[2].
>
>Remaja Muslim sekarang lebih kenal dengan tokoh Harry Potter,
ketimbang
>tokoh Muhammad Al-Fatih. Mahasiswa-mahasiswa muslim di negeri ini
lebih
>mengenal dan mengagumi sosok Einstein, Louis Pasteur dan Aristoteles
>ketimbang sosok Khwarizmi si-penemu sistem aljabar dalam dunia
matematika
>[2,3], Ibn Sina (Avicenna) yang telah menulis buku "The Canon" yang
telah
>menjadi buku rujukan utama di dunia kedokteran Eropa selama lebih dari
5
>abad dan Ibu Rushd (Averroes) yang fikiran-fikirannya telah
mempengaruhi
>filsuf-filsuf terkenal Eropa seperti Roger Bacon [2], padahal
>ilmuawan-ilmuawan muslim ini sangat dikenal di dunia barat.
>
>Begitulah nasib muslim di negeri ini yang terkadang lebih
'kebarat-baratan'
>daripada orang-orang barat sendiri. Lihatlah buku-buku yang terpajang
di rak
>dinding ruang tamu kita, berapa banyak dari buku-buku tersebut yang
>merupakan kitab tafsir, fiqh sunah dan buku-buku kisah para sahabat,
lalu
>bandingkan dengan koleksi buku-buku semacam Harry Potter ... Bila
tangan
>kita dengan mudahnya meraih lembaran-lembaran 50 atau 100 ribuan di
dompet
>untuk membeli buku semacam Harry Potter, buku-buku komputer terbaru,
>buku-buku manajemen dan psikologi modern, sementara hanya lembaran
uang
>ribuan atau bahkan koin recehan yang keluar dari saku kita guna
membeli
>buku-buku Islam, menyumbang kegiatan keislaman, dan mengisi kotak amal
di
>masjid-masjid. Waktu yang kita gunakan untuk kegiatan-kegiatan
keislaman pun
>biasanya waktu-waktu sisa, saat kita sudah letih dan tak mampu lagi
berfikir
>jernih. Terlalu naif rasanya bila kemudian kita masih bertanya mengapa
umat
>(Islam) ini menjadi umat yang terbelakang, umat sisa, umat yang
menjadi
>bulan-bulanan umat-umat yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar